Pernah merasakan yang namanya “tindihan”?
Berdasarkan sumber dari orang-orang sekitar, yang namanya
tindihan itu kita didudukin makhluk halus pas lagi tidur sampai kita susah
nafas dan buat ngomong satu kata aja susahnya kebangetan. Ini sih istilah mistis
dari orang-orang jaman dulu yang kebawa sampai sekarang. Tapi ketika baca di
internet, yang namanya tindihan itu ga ada. Menurut medis, gejala yang kaya
gitu biasanya disebabkan karna orang tersebut terlalu lelah, jadi tidurnya ga
bisa nyenyak dan ada gangguan di saluran pernafasan—intinya begitu lah. Tapi
yang aku alami entah harus berdasarkan istilah medis atau mistis.
Aku termasuk orang yang sering banget tindihan dengan cara
yang berbeda-beda. Tindihan pertama kali pas masih awal kuliah. Sekitar jam 3
pagi pas lagi tidur tiba-tiba ngerasa ada perempuan dengan rambut panjangnya
yang merangkak ke arahku, dari kaki terus tiduran di atas perut dan rambutnya
menjuntai sampai ke leherku. Waktu itu rasanya geliiii banget ada rambut kasar
yang nusuk-nusuk di leher ditambah lagi dia tiduran di perut. Pas dia lagi
merangkak, aku ingat dia bilang “ojo
muter-muter ae” yang artinya “jangan keliling terus”. Entah apa maksudnya
yang jelas kerasa waktu itu ya cuma geli. Segala macam bacaan dari ngomong “Allah”
sampai berusaha istighfar aja ga bisa keluar dari mulut, tapi berusaha terus
biar bisa melek, setidaknya harus melek. Setelah susah payah akhirnya kebangun
juga dan ga ada siapa-siapa. Aku ngecek ibu, beliau juga masih tidur. Akhirnya
ga bisa tidur lagi sampai setengah jam kepikiran siapa yang tadi masuk kamar.
Baru bisa tidur (dan pasti ketiduran) kalo adzan subuh udah berkumandang
sekitar jam 4 dan bangun lagi jam 5 dengan bantuan alarm.
Ga cuma itu aja, tapi masih banyak cerita tindihan lainnya
yang lagi-lagi dibarengi sama suara-suara berisik entah darimana asalnya.
Kejadian ini selalu terjadi berkisar jam 3 pagi dan berakhir sebelum subuh.
Setelah aku cari lagi di internet ternyata aku menemukan beberapa artikel yang
memang nulis kalo kejadian tindihan biasanya berkisar antara jam 3 dan berakhir
sebelum subuh. Aku masih penasaran sama perempuan yang pertama kali dengan
teganya tiduran di atas perutku. Aku ingat. Di depan rumahku ada pohon beringin
yang meski ukurannya ga besar tapi penghuninya ada 5 biji (mau gimana
nyebutnya, 5 orang juga bukan orang, 5 ekor juga bukan hewan). Pas masih kelas
5 SD, ada tetangga yang bisa lihat makhluk halus dan dia dengan isengnya gambar
makhluk-makhluk yang bertengger diatas pohon beringin itu. Perempuan dengan
bibir tebal warna merah, rambut panjang, berbaju putih. Sempat diusir secara
halus dan yang pergi cuma 2, sisanya tetap setia bertengger disana. Belum tahu
juga gimana kelanjutannya yang 3 biji ini apa masih disana atau udah ngungsi
juga, si tetangga ini keburu pindah rumah ke luar kota sih.
Setelahnya, ada
kejadian lagi (eh yang ini sekalian flashback dulu). Awal tahun 2000an kampungku ini termasuk kampung yang sepi
banget kalo ga weekend, kalo weekend pasti diisi anak-anak kecil seumuranku
yang pada mainan sampai teriak-teriak dan benar-benar jadi suasana kontras sama
hari-hari lainnya.
Kisahnya pas malam hari, tetangga depan rumah yang biasanya dipanggil
“Oma” ini baru pulang dari toko. Oma lihat ibuku lagi duduk-duduk di bawah
pohon beringin pakai baju hijau tapi tatapannya kosong, si Oma yang merasa
janggal cuma nyapa “bu..” terus buru-buru masuk rumahnya. Nyapa itu pun tadi
sekedar formalitas aja, masa ada tetangga ga disapa. Kalo benar itu ibuku kan
ya ga enak kalo ga nyapa, di sisi lain Oma juga mikir kayanya orang itu bukan
ibuku. Besoknya, Oma ke rumah dan dia tanya “bu, lagi sakit ya? Kok semalam
saya sapa diam aja”. Ibuku jelas bingung, padahal semalam aku sama ibu ga
keluar rumah, kita sibuk masukin foto-foto yang baru dicetak ke dalam album
foto. Dasarannya dari kecil aku udah sering didongengin sama ibu tentang cerita
mistis sebelum tidur jadinya pas dengar ada kejadian mistis gitu juga rasanya
malah excited yang akhirnya kebawa
sampai sekarang. (sejujurnya memang pas aku masih kecil, ibu ga pernah cerita
hal-hal lucu, cerita rakyat, ataupun dongeng semacam cinderella kaya ibu-ibu
lainnya. Dan lagi, pas aku kelas 4 SD ibu pernah sengaja bangunin aku jam 10
malam karna ada filmnya Suzanna di tv—Ibuku memang super …).
Pekara tindih menindih ini juga akhirnya mengingatkan aku
ketika masih SMA. Pelatih voliku yang kerap disapa “Pakde” sempat membaca dan
menggenggam jari tanganku dalam waktu beberapa detik dan beliau bilang “kamu gampang
kerasukan, auramu panas, kayanya bakal ada sekali dalam seumur hidup kamu
kerasukan. intinya ati-ati aja. Jangan pernah lepas baca doa dimanapun”. Beberapa
hari setelah dijudge demikian, aku ikut kegiatan teater di luar kota dengan
sikon yang menurutku super mistis dan pada akhirnya hampir semua perempuan
disana mengalami kerasukan. Cuma ada sedikit yang selamat dan itu termasuk aku.
Karna aku tergolong senior, jadi mau ga mau ikut bantu mereka dengan membacakan
al-fatihah dan doa-doa lainnya. Ga bertahan lama, badanku panas banget, panas
ga wajar padahal kita ada di pacet yang notabene berhawa dingin. Ketika aku
tanya teman-teman lainnya, mereka bilang hawanya biasa aja, ga panas. Oke, dari
situ aku memutuskan pindah ruangan dan benar hawanya langsung beda, suhu badanku
juga mulai normal. Kayanya kalo aku terusin di dalam, apa yang dibilang pakde
bisa kejadian. Naudzubillah.
Balik lagi ke topik. Tindihan ini masih sering aku alami
sampai sekarang meski udah agak berkurang. Rasanya kaya udah jadi rutinitas
tiap malam. Hehehe. Ga tiap malam juga sih, sapa yang mau ditindihi makhluk
halus tiap malam, enak juga kalo malam-malam ditindihi yang lain. Ketindihan
duit sekarung misalnya pas mau tidur atau …… ah, lupakan.