Monday, October 21, 2013

Tindihan -- Sleep Paralysis

Pernah merasakan yang namanya “tindihan”?
Berdasarkan sumber dari orang-orang sekitar, yang namanya tindihan itu kita didudukin makhluk halus pas lagi tidur sampai kita susah nafas dan buat ngomong satu kata aja susahnya kebangetan. Ini sih istilah mistis dari orang-orang jaman dulu yang kebawa sampai sekarang. Tapi ketika baca di internet, yang namanya tindihan itu ga ada. Menurut medis, gejala yang kaya gitu biasanya disebabkan karna orang tersebut terlalu lelah, jadi tidurnya ga bisa nyenyak dan ada gangguan di saluran pernafasan—intinya begitu lah. Tapi yang aku alami entah harus berdasarkan istilah medis atau mistis.

Aku termasuk orang yang sering banget tindihan dengan cara yang berbeda-beda. Tindihan pertama kali pas masih awal kuliah. Sekitar jam 3 pagi pas lagi tidur tiba-tiba ngerasa ada perempuan dengan rambut panjangnya yang merangkak ke arahku, dari kaki terus tiduran di atas perut dan rambutnya menjuntai sampai ke leherku. Waktu itu rasanya geliiii banget ada rambut kasar yang nusuk-nusuk di leher ditambah lagi dia tiduran di perut. Pas dia lagi merangkak, aku ingat dia bilang “ojo muter-muter ae” yang artinya “jangan keliling terus”. Entah apa maksudnya yang jelas kerasa waktu itu ya cuma geli. Segala macam bacaan dari ngomong “Allah” sampai berusaha istighfar aja ga bisa keluar dari mulut, tapi berusaha terus biar bisa melek, setidaknya harus melek. Setelah susah payah akhirnya kebangun juga dan ga ada siapa-siapa. Aku ngecek ibu, beliau juga masih tidur. Akhirnya ga bisa tidur lagi sampai setengah jam kepikiran siapa yang tadi masuk kamar. Baru bisa tidur (dan pasti ketiduran) kalo adzan subuh udah berkumandang sekitar jam 4 dan bangun lagi jam 5 dengan bantuan alarm.
Ga cuma itu aja, tapi masih banyak cerita tindihan lainnya yang lagi-lagi dibarengi sama suara-suara berisik entah darimana asalnya. Kejadian ini selalu terjadi berkisar jam 3 pagi dan berakhir sebelum subuh. Setelah aku cari lagi di internet ternyata aku menemukan beberapa artikel yang memang nulis kalo kejadian tindihan biasanya berkisar antara jam 3 dan berakhir sebelum subuh. Aku masih penasaran sama perempuan yang pertama kali dengan teganya tiduran di atas perutku. Aku ingat. Di depan rumahku ada pohon beringin yang meski ukurannya ga besar tapi penghuninya ada 5 biji (mau gimana nyebutnya, 5 orang juga bukan orang, 5 ekor juga bukan hewan). Pas masih kelas 5 SD, ada tetangga yang bisa lihat makhluk halus dan dia dengan isengnya gambar makhluk-makhluk yang bertengger diatas pohon beringin itu. Perempuan dengan bibir tebal warna merah, rambut panjang, berbaju putih. Sempat diusir secara halus dan yang pergi cuma 2, sisanya tetap setia bertengger disana. Belum tahu juga gimana kelanjutannya yang 3 biji ini apa masih disana atau udah ngungsi juga, si tetangga ini keburu pindah rumah ke luar kota sih.

Setelahnya, ada kejadian lagi (eh yang ini sekalian flashback dulu). Awal tahun 2000an kampungku ini termasuk kampung yang sepi banget kalo ga weekend, kalo weekend pasti diisi anak-anak kecil seumuranku yang pada mainan sampai teriak-teriak dan benar-benar jadi suasana kontras sama hari-hari lainnya.
Kisahnya pas malam hari, tetangga depan rumah yang biasanya dipanggil “Oma” ini baru pulang dari toko. Oma lihat ibuku lagi duduk-duduk di bawah pohon beringin pakai baju hijau tapi tatapannya kosong, si Oma yang merasa janggal cuma nyapa “bu..” terus buru-buru masuk rumahnya. Nyapa itu pun tadi sekedar formalitas aja, masa ada tetangga ga disapa. Kalo benar itu ibuku kan ya ga enak kalo ga nyapa, di sisi lain Oma juga mikir kayanya orang itu bukan ibuku. Besoknya, Oma ke rumah dan dia tanya “bu, lagi sakit ya? Kok semalam saya sapa diam aja”. Ibuku jelas bingung, padahal semalam aku sama ibu ga keluar rumah, kita sibuk masukin foto-foto yang baru dicetak ke dalam album foto. Dasarannya dari kecil aku udah sering didongengin sama ibu tentang cerita mistis sebelum tidur jadinya pas dengar ada kejadian mistis gitu juga rasanya malah excited yang akhirnya kebawa sampai sekarang. (sejujurnya memang pas aku masih kecil, ibu ga pernah cerita hal-hal lucu, cerita rakyat, ataupun dongeng semacam cinderella kaya ibu-ibu lainnya. Dan lagi, pas aku kelas 4 SD ibu pernah sengaja bangunin aku jam 10 malam karna ada filmnya Suzanna di tv—Ibuku memang super …).

Pekara tindih menindih ini juga akhirnya mengingatkan aku ketika masih SMA. Pelatih voliku yang kerap disapa “Pakde” sempat membaca dan menggenggam jari tanganku dalam waktu beberapa detik dan beliau bilang “kamu gampang kerasukan, auramu panas, kayanya bakal ada sekali dalam seumur hidup kamu kerasukan. intinya ati-ati aja. Jangan pernah lepas baca doa dimanapun”. Beberapa hari setelah dijudge demikian, aku ikut kegiatan teater di luar kota dengan sikon yang menurutku super mistis dan pada akhirnya hampir semua perempuan disana mengalami kerasukan. Cuma ada sedikit yang selamat dan itu termasuk aku. Karna aku tergolong senior, jadi mau ga mau ikut bantu mereka dengan membacakan al-fatihah dan doa-doa lainnya. Ga bertahan lama, badanku panas banget, panas ga wajar padahal kita ada di pacet yang notabene berhawa dingin. Ketika aku tanya teman-teman lainnya, mereka bilang hawanya biasa aja, ga panas. Oke, dari situ aku memutuskan pindah ruangan dan benar hawanya langsung beda, suhu badanku juga mulai normal. Kayanya kalo aku terusin di dalam, apa yang dibilang pakde bisa kejadian. Naudzubillah.


Balik lagi ke topik. Tindihan ini masih sering aku alami sampai sekarang meski udah agak berkurang. Rasanya kaya udah jadi rutinitas tiap malam. Hehehe. Ga tiap malam juga sih, sapa yang mau ditindihi makhluk halus tiap malam, enak juga kalo malam-malam ditindihi yang lain. Ketindihan duit sekarung misalnya pas mau tidur atau …… ah, lupakan.

No comments:

Post a Comment